English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

16 September 2009

Catatan Habib Rizik

SBY, FPI & JIHAD PALESTINA



Langkah Presiden SBY mengirim bantuan senilai dua milyar rupiah ke Palestina sudah sangat baik dan terpuji, karena menjadi bentuk kepedulian terhadap Krisis Kemanusiaan di Gaza. Namun pernyataan Presiden SBY bahwa Konflik Palestina bukan Konflik Agama adalah sangat disesalkan, bahkan bisa diartikan sebagai pernyataan pengecut yang licik dan jahat serta menyesatkan, karena mengandung :

1. Pengkerdilan Masalah dari masalah dunia Islam menjadi masalah lokal Arab.
2. Pemutusan Ikatan Persaudaraan Muslim yang bagai Satu Tubuh.
3. Pemadaman semangat Jihad umat Islam yang sedang menggelora.
4. Penyesatan Opini tentang makna perjuangan dan pengorbanan Rakyat Palestina.
5. Pelarian dari tanggung-jawab yang lebih besar.

Lebih mengagetkannya, tatkala pemimpin-pemimpin dunia, muslim mau pun kafir, berlomba memberikan pernyataan keras terhadap Israel, Presiden SBY justru super sibuk meredam kemarahan umat Islam terhadap Israel di seantero negeri, ia mengajak agar rakyat jangan ”gegabah” dengan berjihad ke Palestina, dan mengatakan bahwa berjihad akan menambah ”beban masalah”.

Akibatnya, pengiriman bantuan Palestina oleh Presiden SBY yang semula diacungkan jempol oleh banyak pihak, akhirnya hanya dianggap sebagai ”Politik Tebar Pesona”, apalagi sebenarnya besar bantuan tersebut nilainya hanya 2% dari nilai korupsi yang dituduhkan kepada besannya, Aulia Pohan.

Tidak sepatutnya bagi SBY, selaku Presiden negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, memberikan pernyataan macam itu. Sesuai amanat UUD 1945, semestinya SBY konsisten berjuang menghapuskan penjajahan di atas muka bumi, yang oleh karenanya berkewajiban untuk turut mengusir sang penjajah Israel dari bumi Palestina dan mendukung sepenuhnya kemerdekaan Negara Palestina yang berdaulat. SBY seyogyanya mengirim Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke Gaza sebagai Pasukan Perdamaian untuk mejaga dan melindungi warga sipil Palestina dari kebiadaban Israel. Tapi sayang, SBY inkonsitensi. Sungguh sangat memalukan !

SBY harus lebih banyak belajar tentang Islam agar lebih memahami arti persaudaraan Islam yang tidak sektarian, tapi lintas sektoral dan bersifat transnasional, yang tidak dibatasi oleh ras, suku, golongan, kebangsaan, wilayah mau pun teritorial, sehingga lebih bisa menghargai setiap tetes darah umat Islam yang ditumpahkan secara zhalim oleh kaum kafir, kapan saja dan dimana saja.

SBY juga mesti lebih tekun belajar tentang makna Jihad Fi Sabilillah, sehingga tidak menyebutnya sebagai langkah ”gegabah”, apalagi menganggapnya sebagai ”beban masalah”. Jihad adalah perjuangan suci bukan gegabah. Jihad adalah pengorbanan bukan beban.

Mungkinkah di balik itu semua ada agenda tersembunyi yang dimainkan SBY ? Mengingat Amerika Serikat sebagai ”Bapak Asuh” Israel masih bungkam seribu bahasa tentang serangan brutal Israel ke Gaza – Palestina, sehingga SBY harus sangat hati-hati memberi pernyataan untuk menjaga ”hubungan khusus” dengan AS yang juga sudah mulai dijadikan ”Bapak Asuh” Indonesia.

Asumsi tersebut berdasarkan pernyataan yang pernah dilontarkan SBY sendiri ketika masih menjabat sebagai Menko Polkam di tahun 2003, yang bunyinya : ”I love The United State with all its faults. I consider it my second country.”(”Saya cinta Amerika Serikat dengan segala kesalahannya. Saya menganggapnya sebagai negara kedua saya.”). Pernyataan tersebut termuat dalam Al-Jazeerah English Archive 6 Juli 2003.

Harapan saya semoga asumsi tersebut tidak benar, dan doa saya semoga SBY mendapat taufiq dan hidayah sehingga menjadi pemimpin yang beriman dan bertaqwa. Dan saya yakin, siapa pun yang menjadi Antek AS & Israel pasti akan dihancurkan Alloh ‘Azza wa Jalla.

Lain SBY lain FPI. Serangan biadab dan brutal Israel ke Gaza – Palestina telah mendorong FPI membuka Posko-Posko Jihad di berbagai daerah di pelosok Nusantara. Pro Kontra pun terjadi terhadap sikap reaksioner FPI tersebut. Kelompok yang Pro menyambut hangat dan memberi dukungan mulai dari doa hingga pembukaan akses persenjataan dan jalur Gaza. Sedang kelompok yang Kontra menyambut dingin dan melakukan penolakan mulai dari sekedar mencibir hingga caci-maki dan sumpah serapah.

Bagi FPI, pembukaan Posko Jihad Palestina di Indonesia memiliki makna dan manfaat yang besar, antara lain :

1. Menjadi spirit bagi para Mujahidin di Palestina sekaligus pesan bahwa mereka tidak sendiri.
2. Menjadi cambuk bagi masyarakat Arab yang bertetangga dengan Palestina untuk segera ikut berjihad agar tidak ketinggalan dengan Mujahidin Indonesia.
3. Menjadi pesan peringatan bagi masyarakat internasional agar tidak sewenang-wenang terhadap umat Islam dimana saja dan kapan saja.
4. Menjadi pesan khusus bagi Israel bahwa memerangi Mujahidin Palestina berarti memerangi umat Islam secara keseluruhan dan akan menjadi perang yang sangat luas dan panjang sekali.
5. Menjadi bukti nilai persaudaraan dan persatuan serta solidaritas umat Islam dalam suka dan duka, bahkan hidup dan mati.
6. Menjadi wadah penancapan niat dan kebulatan tekad untuk menjadikan Jihad sebagai jalan hidup.
7. Menjadi pintu untuk menuju Jihad yang sebenarnya.
8. Menjadi pengetuk Pintu Rahmat sehingga Alloh SWT menurunkan pertolongannya.
9. Menjadi wadah pelatihan mental dan penyadaran umat tentang urgensi Jihad.
10. Menjadi pintu penting untuk menuju ridho Alloh SWT.

Banyak pihak mempertanyakan soal biaya dan teknis yang telah disiapkan FPI untuk Jihad ke Palestina : Bagaimana biaya perekrutan, pelatihan dan pemberangkatan Mujahidin ke Palestina ? Bagaimana akses ke Gazanya ? Bagaimana pula akses persenjataannya ? Bagaimana pengalaman perangnya ? Dan seterusnya.

Soal biaya, FPI punya Yang Maha Kaya, yang kekayaannya unlimited (tanpa batas), dan tidak pernah kering sepanjang zaman, Dia lah Alloh Azza wa Jalla. Ada pun soal teknis, FPI punya cara yang intinya : Banyak jalan menuju Gaza. Soal pengalaman, Alhamdulillah FPI memiliki alumni Afghan, Philipina, Ambon dan Poso, bahkan kini banyak mantan aktivis GAM di Aceh yang bergabung ke FPI dan sudah siap pakai untuk tempur di Palestina.

Lalu ada komentar : Bukankah lebih baik mengirim bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan, pakaian dan makanan dari pada pengirirman Mujahidin Perang ? Jawabnya : Saat ini segala bentuk bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan oleh Rakyat Palestina. Pengiriman obat-obatan ditujukan untuk mengobati para korban yang luka akibat serangan Israel, tentu saja itu penting dan sangat baik. Namun, akal sehat mana yang membenarkan pengobatan para korban yang terluka, sedang para penjahat yang melukai mereka dan akan terus melukai mereka dan yang lainnya, bahkan akan membunuhnya, dibiarkan ?! Jadi, kirimlah Relawan Kemanusiaan dengan perlengkapan medisnya untuk mengobati para korban yang terluka, dan pada saat yang sama kirimlah Relawan Perang dengan persenjataannya untuk menghalau para penjahat yang telah melukai korban dan akan terus melukai korban dan yang lainnya bahkan akan membunuhnya, sehingga pengobatan para korban perang bisa terjaga dan terlindungi dengan baik.

Akhirnya, saya ingin ingatkan semua pihak bahwasanya bantuan apa pun yang kita berikan untuk perjuangan Mujahidin Palestina adalah baik dan sangat manfaat. Dan bantuan yang terbaik adalah yang datang dari yang paling ikhlas mencari ridho Alloh SWT, walau hanya doa.

Di hari ‘Aasyuuraa ini, kita panjatkan doa : Allohumma Unshur Al-Mujaahidiin fii Kulli Maidaan wa fii Kulli Makaan wa fii Kulli Zamaan bi Haqqi Ar-Rasuul wa Al-Batuul wa Ummihaa wa Ba’lihaa wa Baniihaa. Aamiiin…!

Sumber : jihaddandakwah.blogspot.com

Comments :

0 komentar to “Catatan Habib Rizik”

Posting Komentar